Friday, November 30, 2012

2013, Lapan Luncurkan Roket dari Morotai

Jakarta Tim survei dari Lapan sedang mengembangkan RPS yang didesain dan dibuat mandiri.

Tim dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyurvei sejumlah lokasi di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, untuk dijadikan tempat peluncuran Roket Pengorbit Satelit (RPS) pada 2013.

Sekretaris Bappeda Pulau Morotai Iskandar Latuconsina ketika dihubungi dari Ternate, kemarin, mengatakan bahwatim Lapan telah melakukan survei tempat di wilayah Kabupaten Pulau Morotai, dalam rangka persiapan peluncuran roket.

Menurut dia, tim survei dari Lapan yang dipimpin Prof Dr Ing Soewarto Hardhienata sedang mengembangkan RPS yang didesain dan dibuat secara mandiri untuk mengorbitkan satelit buatan sendiri.

Sejak 2008, secara bertahap upaya untuk mewujudkan RPS telah dilakukan. Hingga kini Lapan telah berhasil meluncurkan RX-320 pada (19/05/2008) dan RX-420 pada (2/7/2009) di stasiun Uji Terbang Pameungpeuk, Jabar.

Lapan juga melakukan uji statis RX-550 pada tahun 2011 dan 2012. Uji statik merupakan pengujian di darat untuk mengetahui kinerja dan daya dorong roket saat akan tinggal landas.

Dia menjelaskan, untuk lokasi uji terbangnya Lapan berkeinginan melakukan kerja sama dengan Pemda Morotai. Selain itu untuk program pengembangan RPS, Lapan juga telah selesai merancang bangun dan menguji satelit Lapan-A2 pada tahun 2012 ini.

"Satelit ini siap diluncurkan pada 2013 di stasiun peluncur di luar negeri. Saat ini Indonesia belum mempunyai bandar antariksa dan wahana peluncur satelit, sehingga satelit buatan Indonesia masih diluncurkan dengan menggunakan wahana peluncur dari negara lain.

Dia mengatakan, di dunia tercatat beberapa negara yang mampu meluncurkan satelit sendiri, termasuk mampu membuat kendaraan peluncur antara lain Rusia, Amerika Serikat, Perancis, Jepang China, India, Israel, Dan Ukraina.

Sedangkan untuk Indonesia nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam penguasaan tekhnologi roket pengorbit satelit, dan kelak mempunyai bandar antariksa untuk meluncurkan roket buatan sendiri.


● Berita Satu

Tuesday, November 27, 2012

Indonesia Perlu Kembangkan Energi Panas Bumi

http://img.antaranews.com/new/2011/03/thumb/20110321111413pln180311-3.jpgJakarta Indonesia perlu mengembangkan energi panas bumi secara maksimal, karena potensi sumber daya energi tersebut sangat melimpah di Indonesia.

"Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar dunia khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera, kedua pulau ini merupakan tempat hunian mayoritas penduduk Indonesia," kata Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy di Auckland, New Zealand, dalam keterangan tertulisnya melalui surat elektronik, Sabtu.

Ia mengatakan tak ada keraguan atas potensi sumber daya energi geothermal yang melimpah di Indonesia. Namun masalahnya, sumber daya manusia baik secara kualitas dan kuantitas masih harus ditingkatkan.

"Sebelum kita benar-benar menghadapi krisis energi, maka sekaranglah saatnya Indonesia harus bangun dari tidur lelapnya dan mengembangkan geothermal," tegas Slamet Riadhy.

Dalam acara penandatanganan Study Agreement antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand, Slamet memaparkan kepada komunitas industri geothermal New Zealand mengenai besarnya potensi sumber daya energi geothermal di Indonesia.

Menurut dia perlu adanya strategic partnership jangka panjang dan berkesinambungan antara kedua negara, bisa menjadi kunci pengembangan energi geothermal yang signifikan.

Dia mengatakan,"Dengan adanya penandatanganan kerja sama dan melakukan feasibility study hingga pengembangan binary cycle power plant untuk geothermal di Ulubelu, Lampung, antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand, tentu merupakan langkah maju yang konkrit dan nyata."

Bagi Indonesia, kerjasama pengembangan energi geothermal dengan pihak Geothermal New Zealand sudah tidak asing lagi, mengingat sejak akhir 70-an, New Zealand telah membantu Indonesia membangun pembangkit listrik geothermal Kamojang, Jawa Barat yang kini mempunyai kapasitas pembangkit sebesar 200 MW (megawatt).

Slamet mengakui memang bukan hal mudah mengembangkan energi geothermal. Tetapi kita harus melakukannya dengan target hingga 2000 MW pada periode 2014-2015. Artinya, ketika mencapai angka tersebut, maka kita bisa saving 100 ribu barrel minyak per hari.

Slamet menyadari, pencapaian target di angka 2000 MW membutuhkan dukungan serius atau political will dari pemerintah. Karena selain membutuhkan investasi yang jumlahnya mencapai 7 miliar dolar AS, Pertamina Geothermal Energy juga membutuhkan kebijakan tarif yang pasti (fit in tariff) dari pihak PLN sebagai pembeli.

Untuk itu, kata dia, kita jangan sampai terlambat karena ini menyangkut ketahanan energi nasional, karena tidak lama lagi, kita akan menghadapi persoalan serius, krisis energi.(F006)


Antara

Sunday, November 25, 2012

Ditemukan Cadangan Gas Baru di Mamuju

Mamuju  Bupati Mamuju Utara, Sulawesi Barat, Ir. H. Agus Ambo Djiwa, menyampaikan, PT Tately NV yang melakukan pengeboran telah menemukan cadangan gas pada blok Budong-Budong.

"PT Tately yang melakukan pengeboran hingga kedalamam 3.000 meter di bawah perut bumi telah menemukan cadangan gas. Namun, saat itu dihentikan karena tekanan gas dari perut bumi sangat kencang," kata Agus Ambo Djiwa di Mamuju, Sabtu.

Menurutnya, PT Tateli kembali melakukan pengeboran kedua di Kecamatan Baras Kabupaten sekitar 50 kilometer dari kota Mamuju Utara dan hasilnya telah ada potensi cadangan gas.

"Berdasarkan keterangan pihak Tately menyimpulka ada potensi gas bernilai ekonomis. Kita harapkan, tetesan gas yang ditemukan ini dapat dikelola sehingga menjadi potensi penopang percepatan pembangunan di daerah kami," jelasnya.

Bupati meyakini, kandungan gas di daerahnya bisa dikelola dengan baik oleh perusahaan yang telah melakukan investasi besar-besaran di daerahnya.

"Kita berdoa saja, semoga tetesan migas itu benar-benar bisa berproduksi. Ini akan menjadi potensi unggulan untuk menopang bertambahnya sektor pendapatan daerah dan pendapatan negara," jelas Agus.

Ia menyampaikan, sekarang ini daerah Sulbar termasuk Mamuju Utara menjadi lahan sejumlah perusahaan asing untuk melakukan pengelolaan migas.

Selain PT Tately NV sejumlah perusahaan migas lainnya di Sulbar masih melakukan eksplorasi di antaranya PT Exon Mobil yang melakukan eksplorasi di block Suremana dan block Mandar serta PT Marathon Indonesia di block Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara serta Chonoco Philips juga sedang melakukan eksplorasi.

"PT Exon Mobil yang mengelola blok Suremana membubarkan diri karena tidak menemukan migas melainkan menemukan gunung merapi didasar laut, termasuk PT Marathon juga gagal," kata dia.


Saturday, November 24, 2012

Perusahaan Jepang Akuisisi 19 Perusahaan Indonesia

Perusahaan Jepang Akuisisi 19 Perusahaan IndonesiaTokyo Sebanyak 19 perusahaan Indonesia selama tahun 2012 telah diakuisisi perusahaan Jepang. Bahkan diperkirakan akan lebih banyak lagi.

Sementara perusahaan Thailand, Malaysia dan Vietnam tak lebih dari 10 yang telah diakui perusahaan Jepang. Semua dengan maksud agar perusahaan Jepang bisa masuk dan mempenetrasi pasar negara masing-masing.

Demikian hasil survei yang dikutip TRIBUNnews.com dari koran Nikkei yang diungkapkan Sabtu kemarin. Jumlah keseluruhan yang diakuisisi di dunia tahun ini meningkat 10% mendekati 500 perusahaan, dibandingkan tahun lalu yang hanya 463 perusahaan.

Jumlah perusahaan yang diakuisisi ini sangat banyak mirip dengan saat masa ekonomi gelembung pada akhir tahun 1990-an dulu di mana uang Jepang berlimpah sehingga banyak tanah habis diborong para jutawan saat itu. Akibatnya harga tanah melambung tinggi, dan setelah mencapai puncaknya, terus menurun mulai tahun 2000 hingga sekarang, menurun berkelanjutan. Sedangkan pinjaman tak bisa dikembalikan sehingga banyak sekali perusahaan bangkrut.

Menurut Nikkei, jumlah perusahaan Jepang yang semakin banyak menginvestasikan uangnya ke Asia Tenggara karena melihat resiko usaha di Cina tambah lama tambah tinggi dan membahayakan.

Menurut perusahaan M&A yang profesional, Recof Corp., sedikitnya 489 perusahaan Jepang telah membeli berbagai perusahaan di luar negeri per 14 Desember 2012 dengan nilai sedikitnya 6,9 triliun yen. Nilai ini berarti naik 8% dibandingkan tahun lalu.

Kemampuan akuisisi Jepang juga terdorong dan semakin mudah dilakukan karena nilai mata uang yen semakin tinggi sementara nilai dolar semakin rendah.

Beberapa akuisisi yang dilakukan misalnya Dentsu Inc.'s yang berhasil membeli biro iklan raksasa Inggris, Aegis Group Plc, dengan harga sekitar 400 miliar yen.

Kemudian perusahaan telepon Jepang, Softbank Corp. yang berhasil membeli operator telepon mobil Amerika, Sprint Nextel Corp. dengan nilai 1,5 triliun yen.(*)


Tribunnews

Friday, November 23, 2012

PLTU Jeneponto Siap Beroperasi

http://www.investor.co.id/media/images/medium2/20111204003546381.jpgPresiden Direktur Bosowa Corporation Erwin Aksa (dua dari kiri) didampingi Komisaris Utama PT Bosowa Energi Dewi Kam (dua dari kanan), Komisaris Bosowa Energi Yasin (kanan), dan Kepala Divisi Bisnis Umum PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Zainuddin Mappa (kiri) saat berkunjung ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto, Makassar, Kamis (1/12). PLTU Jeneponto dengan investasi US$ 220 juta ini siap memasok listrik pada Maret 2012 atau lebih cepat sebulan dari yang dijadwalkan. Foto: Investor Daily/ ANTARA/HO-Bosowa/hp/11

Jakarta Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik dijadwalkan akan meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto dengan kapasitas 2x125 Megawatt (MW), di Desa Punagaya, Jeneponto, Sulawesi Selatan pada Rabu (19/12).

“Insya Allah, Bapak Menteri Jero Wacik ESDM akan meresmikan PLTU milik PT Bosowa Energy ini hari Rabu besok,” kata Chief Executive Officer (CEO) Bosowa Erwin Aksa dalam siaran persnya, Minggu.

Menurut dia peresmian PLTU ini juga akan dihadiri oleh Duta Besar China untuk Indonesia, Liu Jianchao.

PT Bosowa Energy merupakan anak usaha Bosowa dan PT SSP (Sumberenergi Sakti Prima) yang mengoperasionalkan PLTU Jeneponto.

PLTU Jeneponto tahap pertama ini dibangun dengan nilai investasi sekitar 250 juta dolar AS. Erwin mengatakan, pembangunan PLTU ini hingga masuk ke sistem jaringan distribusi PLN lebih cepat enam bulan dari target yang direncanakan 30 bulan.

Erwin mengatakan, setelah menjalani firing dan steam blowing atau uji coba mesin beberapa kali, PLTU ini telah dinyatakan beroperasi secara penuh dan berfungsi dengan baik.(tk/ant)


Tuesday, November 20, 2012

Radar Mati, Penerbangan di Bandara Soetta Terganggu

"UPS untuk pemasok listrik ke radar mati. Jadi radar tak berfungsi."

Jakarta Radar di Bandara Soekarno- Hatta mati semenjak pukul 16.55 WIB sore tadi. Akibatnya sejumlah penerbangan yang keluar dan masuk bandara itu terganggu.

Menurut General Manager ATS Bandara Soekarno Hatta, Budi Hendro, radar itu tidak berfungsi lantaran Unit Power Supply atau UPS sebagai pemasok listrik untuk radar tersebut mati.

"UPS untuk pemasok listrik ke radar mati. Jadi radarnya tidak berfungsi. Penyebab utamanya itu yang kami ketahui." kata Budi saat dihubungi VIVAnews.com Minggu 16 Desember 2012.

Penyebab matinya UPS itu belum diketahui secara pasti. Budi menambahkan bahwa hingga kini pihak bandara tengah mengupayakan agar pemasok listrik tersebut stabil dan tidak mati lagi.

"Sekarang kami tengah mengupayakan untuk perbaikan agar tidak ada lagi keterlambatan. Nanti saya informasikan selengkapnya" kata Budi.

Radar Bandara Cengkareng Mati, Sriwijaya Air Alihkan ke Pangkal Pinang

Pesawat dari Batam mengalami delay akibat tidak keluar izin terbang. 

Maskapai Sriwijaya Air terpaksa mengalihkan satu pesawatnya yang terbang dari Tanjung Pandan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pesawat dialihkan ke Pangkal Pinang karena radar bandara yang terletak di Cengkareng itu mati.

"Satu pesawat kami alihkan ke Pangkal Pinang karena radar mati," kata Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air, Agus Soedjono kepada VIVAnews, Minggu 16 Desember 2012.

Sedangkan satu pesawat dari Batam yang seharusnya terbang Bandara Soekarno-Hatta ditunda atau delay karena tidak mendapatkan izin terbang dari otoritas penerbangan. Sriwijaya Air, katanya, sedang menghitung berapa kerugian akibat matinya radar Bandara Soekarno-Hatta itu.

"Kerugian pasti ada, tapi belum tahu berapa," katanya.

Otoritas bandara Soekarno-Hatta mengakui bahwa radar bandara Soekrno-Hatta sempat mati akibat terputusnya pasokan listrik.

"Memang sempat terjadi gangguan," kata Pelaksana Tugas General Manager ATS Bandara Soekarno-Hatta, Budi Hendro, saat dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Desember 2012.

General Manager ATS Bandara Soekarno Hatta, Budi Hendro, menegaskan bahwa tidak berfungsinya radar tersebut akibat Unit Power Supply atau UPS sebagai pemasok listrik untuk radar tersebut mati.

"UPS untuk pemasok listrik ke radar mati. Jadi radarnya tidak berfungsi. Penyebab utamanya itu yang kami ketahui ." kata Budi.

Peristiwa terjadi sekitar 16.55 WIB. Penyebab matinya UPS itu belum diketahui secara pasti. Budi menambahkan pihaknya tengah mengupayakan agar pemasok listrik tersebut stabil dan tidak mati lagi.

Kemenhub: Radar Bandara Cengkareng Mati Selama 15 Menit

Sistem pengalihan listrik dari UPS utama ke cadangan tidak berhasil. 

Matinya radar bandara Soekarno-Hatta terjadi lantaran Unit Power Supply (UPS) utama yang memasok listrik ke radar terbakar, dan sistem pemindahan listrik ke UPS cadangan tidak berfungsi.

"Laporan kepada Kementerian Perhubungan, UPS utama terbakar dan seharusnya switch ke UPS dua. Namun sepertinya switch itu juga ikut terbakar sehingga UPS cadangan tidak jalan," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan saat dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Desember 2012.

Akibat kejadian tersebut, kata Bambang, semua sistem radar Bandara Soekarno-Hatta mati selama lima belas menit. Petugas ATC Bandara Soekarno-Hatta langsung memerintahkan kepada seluruh pesawat untuk balik lagi ke bandara asal atau bandara terdekat dengan menggunakan komunikasi radio.

Setelah lima belas menit, radar kembali hidup namun membutuhkan waktu hingga satu jam untuk sistem radar restart dan berfungsi normal. "Akibatnya banyak penerbangan mengalami delay," katanya.

Saat ini Kementerian Perhubungan bersama Angkasa Pura II sedang mencari tahu penyebab UPS itu bisa terbakar.

Sebelumnya, Otoritas Bandara Soekarno-Hatta mengakui bahwa radar bandara Soekarno-Hatta sempat mati akibat terputusnya pasokan listrik.

"Memang sempat terjadi gangguan," kata Pelaksana Tugas General Manager ATS Bandara Soekarno-Hatta, Budi Hendro, saat dihubungi VIVAnews, Minggu 16 Desember 2012.

General Manager ATS Bandara Soekarno Hatta, Budi Hendro, menegaskan bahwa tidak berfungsinya radar tersebut akibat Unit Power Supply atau UPS sebagai pemasok listrik untuk radar tersebut mati.

"UPS untuk pemasok listrik ke radar mati. Jadi radarnya tidak berfungsi. Penyebab utamanya itu yang kami ketahui ." kata Budi.

Radar Bandara Soetta Mati, AirAsia Delay Hingga 2,5 Jam

"Sebelum radar mati, penerbangan AirAsia cukup tepat waktu."

Seluruh jadwal penerbangan maskapai AirAsia, pada sore ini terlambat hingga 2,5 jam, akibat matinya radar Bandara Soekarno-Hatta.

"Semua pesawat kami, mulai dari penerbangan sore dan malam ini, baik domestik maupun internasional, delay satu hingga dua setengah jam," kata Chief Operation Officer Indonesia AirAsia, Ridzki Kramadibrata kepada VIVAnews, Minggu 16 Desember 2012.

Sebelum radar itu mati, kata Ridzki, penerbangan Air Asia dari pagi hingga siang hari cukup tepat waktu. Saat Force Majeur ini terjadi, AirAsia benar-benar mengikuti instruksi bandara Soekarno Hatta, yaitu balik lagi ke bandara awal atau mendarat di bandara terdekat.

Sejumlah maskapai penerbangan yang lain juga mengalihkan pesawatnya ke bandara lain. Maskapai Sriwijaya Air, milsanya, terpaksa mengalihkan satu pesawatnya yang terbang dari Tanjung Pandan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pesawat itu dialihkan ke Pangkal Pinang.

Sedangkan satu pesawat dari Batam yang seharusnya terbang ke Bandara Soekarno-Hatta ditunda atau delay karena tidak mendapatkan izin terbang dari otoritas penerbangan.


Vivanews

Thursday, November 15, 2012

Pejuang Kanker


Warsito, Ilmuwan Penemu Alat Pembunuh Kanker

Alat terapi kanker berbasis listrik statis temuan seorang peneliti Indonesia bernama, Warsito, sudah banyak pasien yang disembuhkannya, bahkan hingga ke luar negeri.

Dr. Warsito P. Taruno, M.Eng (55), merupakan salah seorang peneliti Indonesia yang pernah berkarier di Shizuoka University, Jepang, sebagai dosen.

Semula ia dikenal sebagai ahli tomografi yaitu, ilmu atau teknologi tentang cara “melihat” reaksi dalam reaktor baja atau bejana tak tembus cahaya.

Namun karena begitu kuatnya dorongan untuk membantu Suwarni, kakak perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IV, Warsito kemudian berusaha membuat alat pembunuh sel kanker.

Alhasil, terciptalah alat terapi yang disebut, breast cancer electro capacitive therapy. Bentuk alat terapinya ini, kata Warsito, mirip bra yang di dalamnya mengandung aliran listrik statis dari baterai yang bisa di-charge.

“Alat ini menggunakan teknologi pemindai atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis (electrical capacitance volume tomography/ECVT),” jelasnya kepada Beritasatu.com sembari menunjukkan beberapa bentuk alat terapi kanker temuannya itu.

Kakak Menderita Kanker Payudara

Alat tersebut, lanjut Warsito, digunakan sang kakak 24 jam selama sebulan. Minggu pertama memakai bra berwarna hitam tersebut, Suwarni mulai merasakan adanya efek samping, tapi tak sampai menyiksa seperti proses kemoterapi.

“Hanya saja kakak saya merasa gerah, keringatnya jadi berlendir dan sangat bau. Nggak cuma itu, urin dan fesesnya (kotoran) pun baunya lebih busuk. Tapi nggak perlu khawatir, karena ini menandakan sel-sel kanker yang sudah dihancurkan oleh alat terapinya itu sedang dikeluarkan atau detoksifikasi,” jelas doktor lulusan Universitas Shizuoka, Jepang ini.

Setelah satu bulan memakai alat tersebut, kata Warsito, tak disangka hasil tes laboratorium menyatakan bahwa Suwarni negatif kanker. Dan, sebulan kemudian dinyatakan bersih dari sel kanker. Betapa bahagianya Warsito, ternyata kerja kerasnya membuahkan hasil yang sangat menggembirakan.

Tak hanya sang kakak yang berhasil ditolongnya, seorang pemuda yang lumpuh total akibat menderita kanker otak stadium lanjut pun merasakan manfaat dari alat terapinya itu.

Alat terapi berbentuk helmet yang cara kerjanya sama seperti yang digunakan kakaknya itu dipakai pemuda tersebut selama sebulan, tahun lalu. “Pada tiga hari awal pemakaian alatnya, tingkat emosi pasien meningkat. Selanjutnya, muncul gejala seperti, keringat berlendir hingga feses yang baunya lebih busuk,” jelas Warsito yang berpraktik di Jln. Hartono Raya, R 28, Modernland Tangerang.

Syukurlah setelah seminggu menggunakan alat tersebut, pemuda itu sudah bisa bangun dari tempat tidur serta menggerakkan tangan dan kakinya. Dan, setelah dua bulan pemakaian alat terapi, pasiennya sudah dinyatakan sembuh total.

Dikenal Hingga ke Luar Negeri

Beranjak dari keberhasilan itulah Warsito kemudian didatangi begitu banyak penderita kanker. Tak hanya dari dalam negeri, tapi juga luar negeri. Bentuk alat terapinya pun kini bervariasi, disesuaikan dengal letak kanker yang diderita pasien. Ada yang berbentuk korset, rompi, celana, masker, selimut dan masih banyak lagi.

“Masker dipakai untuk kanker mulut. Sementara selimut dipakai bila sel kankernya sudah menyebar kemana-mana,” imbuh lelaki kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah ini.

Keberhasilan Warsito tersebut ternyata juga menjadi perhatian dunia internasional. Salah satunya adalah The University of King Abdulaziz, Saudi Arabia. Universitas yang berlokasi di kota Jeddah itu sudah memesan breast activity scanner dan brain activity scanner.

Selain itu, sebuah rumah sakit besar di India pun memesan sejumlah alat terapi kanker payudara ciptaan Warsito setelah melakukan test clinical di negara tersebut, tahun lalu.

Tak hanya itu, sejumlah dokter dari Belgia juga sudah menyatakan keinginannya menggunakan alat pembunuh kanker temuan Warsito untuk pengobatan di salah satu negara Eropa itu.

Kemenkes Menyambut Positif

Warsito mengaku, alat terapi kankernya ini kini sedang dalam proses sertifikasi oleh Balitbang, Kementerian Kesehatan.

Dia mengatakan, metode radiasi listrik statis berbasis tomografi ini, sepenuhnya hasil karya anak bangsa yang bakal menjadi terobosan dalam dunia kedokteran.

Selain akan merevolusi pengobatan kanker secara medis, lanjut Warsito, alat terapinya itu juga akan meminimalisasi biaya yang harus dikeluarkan pasien atau keluarganya. “Yang pasti ini akan mengubah metode pengobatan yang selama ini menggunakan radiasi berisiko tinggi dan berbiaya mahal,” kata lelaki yang melakukan post doctoral di Ohio University, Amerika ini.

Menanggapi temuannya tersebut, dr Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes, Direktur Bina Tradisional, Alternatif dan Komplementer dari Kemenkes, menyambut positif inisiatif atau terobosan yang dilakukan oleh Warsito.

“Saya sangat senang ada warga negara seperti Warsito yang melakukan inisiatif atau terobosan seperti ini. Bagaimanapun ia mempunyai hak yang sama untuk melakukan berbagai temuan yang terkait dengan upaya kesehatan, termasuk yang sifatnya non-konvensional,” jelasnya kepada Beritasatu.com, saat ditemui di Kemenkes, Jumat (14/12).

Namun, lanjut Abidinsyah, untuk bisa diakui atau mendapatkan izin edar, memang ada beberapa standar atau kriteria yang harus dipenuhi meliputi: keamanan, bermanfaat dan berkualitas, karena dibuat dengan cara yang benar.

“Saya pikir beliau (Warsito) bisa melakukan itu semua, apalagi sebagai seorang peneliti dia pasti tau teori-teorinya. Kita saja yang memang belum melakukan terobosan seperti cara dia,” jelas Abidinsyah.

 

Menjadi Ibu yang Kuat untuk Tisha Si "Survivor" Cilik

Menjadi sosok pendukung pasien penyakit berat bukan pekerjaan yang mudah. Emosi, tenaga, dan segala hal lainnya juga terkuras.

Dua hari sebelum Tisha E merayakan hari ulang tahun pertama, ibundanya, Toety Hartono menerima kabar tak menyenangkan. Sang putri mengidap penyakit langka, bernama Wilms' Tumor. Bersama putrinya yang belum bisa bicara, sang ibu harus turut berjuang melawan penyakit yang berpotensi tumbuh kembali dan membuat hidup anaknya tak bisa sama seperti kebanyakan anak seusianya.

Selain pengobatan, semangat juang, dan tenaga medis yang baik, salah satu aspek penting dalam penyembuhan penyakit adalah support dari orang-orang terkasih. Menjadi orang yang membantu mereka yang sedang mengidap penyakit berat bukan perkara mudah. Hal tersebut ditempuh dan masih dijalani Toety untuk anaknya.

Dituturkan Toety, anak keduanya, Tisha, mengidap penyakit Wilms' Tumor, tumor yang tumbuh di sekitar ginjal anak-anak. Menurut keterangan dokter yang didatangi Toety, penyakit ini hanya dialami 1000:1 anak di dunia. Kondisi ini mengakibatkan ginjal di sisi kanan Tisha tidak bisa bertumbuh seperti ginjal umumnya, sementara tumor yang ada di dekat ginjalnya terus bertumbuh. Hal ini terjadi karena kelainan pada tubuh, bukan keturunan/masalah genetik. Di dalam tubuh mungil Tisha, tumor itu bertumbuh hingga 500 gram, sebesar buah mangga, digambarkan Toety.

Bukan benjolan yang membuat Toety curiga dengan kondisi Tisha. Muntah berkali-kali setiap Tisha diberi makan yang membuat Toety khawatir. Meski dokter hanya mengatakan itu hal biasa, insting Toety berkata lain dan mencari pendapat kedua. Dokter kedualah yang memberitahu penyakit yang menggerogoti tubuh mungil putrinya.

"Sejak menjalani proses semua ini, masa paling berat yang saya lewati adalah setelah mendengar vonis dokter. Semua emosi bercampur aduk. Marah, denial (penyangkalan), kesal, takut, semua bercampur aduk. Sempat pula mencari kambing hitam. Saya sempat menuding suami yang membawa gen ini kepada anak, karena ada anggota keluarganya yang mengalami kanker. Saya juga bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan kejadiain ini terjadi kepada keluarga kami," kata Toety kepada Beritasatu.com, di kediaman Toety di bilangan Karawaci.

Kondisi tubuh anaknya yang terus menurun dan sulit menerima makanan mengharuskan dilakukan tindakan cepat. Dokter yang ditemui di Jakarta menyarankan agar Tisha dirawat dan dioperasi di rumah sakit khusus di Singapura. Ke sanalah Toety bersama suami dan kedua anaknya berangkat. Berharap kesembuhan.

"Setelah operasi 8 jam, tumornya berhasil diangkat, bersama ginjal kanan Tisha," terang Toety.

Namun, ini bukan berarti perjuangan Tisha, Toety, dan keluarganya melawan penyakit ini selesai. Perjuangannya masih panjang. Menurut dokter, masih ada kemungkinan penyakit ini tumbuh, Tisha masih harus menjalani beragam tahap pengobatan, pemeriksaan, dan menjalani gaya hidup yang tak bisa sebebas anak lainnya.

Setelah operasi, terdapat sisa jahitan pada tubuh Tisha, cukup besar. Namun, dalam waktu dua hari, dengan kondisi luka masih basah, dokter meminta Tisha untuk melatih jalan. "Organ tubuh di dalamnya vakum selama 2 hari. Harus dilatih supaya terbiasa kembali. Kami melatih jalan Tisha di lorong rumah sakit. Dia jalan tertatih, perutnya masih sakit. Dia jalan sambil membungkuk menahan sakit. Sulit untuk menahan tangis. Kalau bisa, saya saja yang mengalami apa yang dia alami," tutur Toety.

Belum berhenti di situ, selama sebulan, dokter mengharuskan Tisha menjalani kemoterapi sebanyak 13 kali untuk memastikan tumornya tidak tumbuh lagi. Dengan jarak waktu yang sangat dekat. Tubuhnya yang masih kecil dan ringkih membuatnya tak bisa menerima jarum suntik kemoterapi berulang. Terpaksa, dipasang alat khusus sebagai jalur masuk cairan kemoterapi. Bentuknya bulat, dipasang dengan cara melubangi dada Tisha, dan ada selang kecil khusus yang menjadl saluran cairan kemoterapi menjalar ke tubuh Tisha.

Walau fungsinya untuk kesehatan, tetapi obat kemoterapi punya efek samping yang keras. "Menurut dokter, kemoterapi juga bisa merusak sel-sel yang sehat. Alhasil, ada sel-sel dalam tubuh Tisha yang juga terkena dampak, salah satu efek paling menyakitkan untuk saya lihat adalah rambutnya yang rontok begitu banyak. Karenanya saya putuskan untuk memangkas habis rambutnya," tutur Toety.

Selain terkuras daya emosi, Toety mengakui, pengobatan antara Jakarta-Singapura turut menguras dana. Dukungan keluarga memang mengalir, namun tetap butuh tambahan. Toety dan suaminya pun sempat mencari bantuan ke suatu lembaga amal untuk bantuan biaya rumah sakit di Singapura. Dalam keadaan sesak, bantuan yang diberikan serasa memberi napas bantuan.

Mengubah Hidup

Tiga tahun sudah sejak Tisha dioperasi dan harus melewati masa-masa sulit itu. Berat badannya yang sempat turun drastis ketika berusia 2 tahun itu kini sudah jauh lebih berisi. Ia tumbuh menjadi gadis periang yang senang menyanyi, berdandan, juga balet. Meski sayangnya, minat yang terakhir, dan beberapa aktivitas terkait gerak fisik yang ekstra terpaksa ditangguhkan, karena hanya memiliki 1 ginjal, fisik Tisha tak boleh terlalu lelah. Ia harus menjaga kondisi badan tetap fit. Selain tak boleh lelah, makanan Tisha juga harus dijaga.

"Tisha harus makan makanan yang segar, tidak boleh berpemanis buatan, tidak boleh memakai penyedap rasa, dan harus yang baru dibuat. Air kemasan pun sebisa mungkin direbus lagi baru diberi ke Tisha," jelas Toety.

Semua makanan Tisha harus dipastikan aman dan steril. Hal ini kemudian menjadi pusat perhatian Toety, yang akhirnya mengadopsikan kebiasaan ini ke seluruh keluarga. "Saya masak yang diinginkan Tisha dan kakaknya (Marciano E), biasanya kukus, kalau pun digoreng, minyaknya sangat sedikit. Es krim pun Tisha tidak boleh. Kalau kakaknya mau, kita harus ngumpet-ngumpet, supaya Tisha tidak penasaran dan minta cicip. Gaya hidup di rumah, khususnya untuk urusan makanan, jadi berubah, lebih berupaya sehat demi Tisha," imbuh Toety.

Kondisi fisik Tisha sekarang membuatnya menjadi harus ekstrawaspada dengan segala hal, terutama yang berkait asupan, obat, serta aktivitas fisik. Setiap 4 bulan, kondisi tubuhnya harus selalu diperiksa, dengan mengirimkan hasil rontgen ke dokter di Singapura. Hal ini harus dilakukan hingga Tisha mencapai usia 5 tahun karena penyakit ini berpotensi kembali terjadi. Sejauh ini, menurut Toety, tak ada masalah berarti yang terjadi pada tubuh Tisha karena diupayakan selalu disiplin dan mengikuti saran dokter. Meski memang, perjuangan bersama anaknya ini masih terus berlanjut.

Toety dan keluarganya terus berupaya menjaga agar Tisha selalu dalam keadaan baik. Kakak Tisha pun diminta untuk selalu menjaga adiknya. Masih panjang perjalanan ke depan, karena penyakit ini membuat Tisha sedikit berbeda dari kebanyakan anak-anak. Perjalanan ini pun juga mengubah Toety, perjalanan emosi yang naik-turun sudah dilewatinya dengan suami dan keluarga. Meski sempat tegang dan mengakibatkan pergumulan di dalam batin, juga perselisihan dengan suami, keluarganya kini kian dekat dan mengambil pelajaran-pelajaran terbaik.

Bagi orangtua yang sedang mendampingi anaknya dalam menjalani pengobatan untuk penyakit, ada beberapa hal yang menurut Toety penting untuk dibagi;

- Jangan putus hubungan dengan Yang Kuasa. "Saya terus berdoa untuk kesembuhan Tisha. Selain ini juga menguatkan iman dan batin," kata Toety.

- Bangun kedekatan dengan semua orang, terutama yang berhubungan dengan Tisha. Saat ini, Toety bekerja di bagian administrasi rumah sakit di Jakarta. Hal ini memberinya akses ke dokter anak. Kesempatan ini ia gunakan untuk menjaga relasi dengan dokter anak yang bekerja di RS yang sama. Kedekatan ini mempermudah Toety untuk bertanya/konsultasi setiap saat untuk urusan kondisi Tisha.

- Terbuka dengan orang lain. "Kondisi ini sudah terjadi, tidak bisa diputarbalik. Yang ada hanya mengoptimalisasi keadaan. Saya mencoba menjaga Tisha dengan selalu lebih dulu bicara kepada orang-orang yang berkaitan dengan Tisha, seperti tetangga, guru, orangtua lain di playgroup, dan lainnya, bahwa kondisi Tisha berbeda dari anak kebanyakan. Ini otomatis membantu menjaga Tisha saat saya tidak ada di sekitarnya, selain Mbak yang menjaga Tisha," kata Toety sembari menambahkan, untuk juga menjaga komunikasi dan kedekatan dengan Mbak yang menjaga.

- Ikhlas dengan keadaan. Bertanya, marah, dan menyalahkan orang lain tak membantu banyak. Setelah sempat menuding gen tumor datang dari keluarga suami dan menyebabkan perselisihan, setelah tahu dari dokter bahwa bukan itu penyebabnya, disadari, perselisihan yang terjadi amat bisa dihindari. Ikhlas dengan keadaan dan jalani apa yang ada menjadi pilihan Toety dan keluarganya.

- Selalu berpikir positif dan tidak menelan omongan yang tidak sedap. Tak perlu tambahan beban dengan memikirkan pandangan/kata-kata miring orang lain. Daya dan tenaga yang ada malah bisa habis percuma.

- Coba untuk meriset dan menambah pengetahuan sendiri. Internet, buku, dokter lain, keluarga, teman, dan orang-orang lain bisa menjadi sumber bahan tambahan pengetahuan, namun jangan dilahap semuanya. "Saya pernah ditawari obat-obatan alternatif, tapi saya memilih jalur medis dan percaya dengan dokter. Khawatir terjadi komplikasi yang malah bisa membuat pengobatan kembali ke awal, saya tak mau ambil risiko. Jadi saya menjalani yang dianjurkan dokter," kata Toety. Hal ini juga termasuk dalam urusan menu makanan dan cara memasak yang sehat.

- Persiapkan diri untuk menjelaskan kepada Tisha mengenai kondisinya. Beritahu ia secara perlahan, beri pengertian mengenai kondisinya secara perlahan.

- Bila ingin, menangislah. Diakui Toety, selama menjalani hal ini, ia kerap menitikkan air mata. Melihat anak mengalami perjuangan berat melawan penyakit tentu bukan hal mudah bagi orangtua. Menangis bila ingin melegakan dada, bukan hal yang salah, tetapi harus kembali kuat untuk si kecil.


Bangkit dari Keterpurukan untuk Bantu Perempuan Waspada Kanker Payudara

Berangkat dari pengalaman kurang informasi, Rina berjanji untuk membantu orang lain dengan berbagi informasi yang ia miliki agar banyak orang aware dengan kanker payudara.

Marah, kesal, bingung, sedih, menyangkal, dan beragam emosi lain menumpuk di dalam Rina Susanti ketika ia mengetahui ada benjolan tumor di salah satu payudaranya. Dalam keadaan bingung, ia berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mendapat pengobatan terbaik. Masalahnya, tak semua informasi bisa dipercaya. Ingin semua perempuan bisa mendapat akses informasi yang benar dan komprehensif, Rina berbagi ide dan berusaha mewujudkan mimpinya agar makin banyak perempuan lebih aware dengan kondisi tubuhnya, terutama untuk kanker payudara.

Di tahun 2010, saat memanjakan diri di salon dengan pijat lulur, Rina diberitahu terapisnya bahwa ada benjolan di payudaranya. Meski dalam keadaan kaget, Rina mencoba mencari informasi dan mencari tahu bagaimana cara memeriksakan diri.

"Saat itu saya mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat ke mana harus berobat, di mana rumah sakit atau tempat untuk memeriksakan diri, bagaimana cara memeriksa yang benar, berapa biaya yang harus dipersiapkan, adakah tempat yang dapat memeriksakan deteksi dini dengan harga terjangkau, dan sebagainya," kata Rina kepada Beritasatu.com pertengahan minggu ini saat dijumpai di Jakarta Barat.

Pada akhirnya Rina mendapat informasi untuk memeriksakan diri di Yayasan Kanker Indonesia (YKI). Ternyata benar, ada tumor dengan diameter 1 cm di payudaranya. Meski sempat takut dan ragu, juga merasa terpuruk namun dorongan keluarga dan keinginan untuk sembuh membuatnya yakin untuk menjalani operasi. Operasi pun berhasil berjalan lancar.

Dari sini Rina merasa, betapa informasi tentang penyakit yang ia alami masih minim dan belum menjangkau banyak orang. Seiring penyembuhannya, Rina yang juga adalah seorang farmasis/apoteker berlisensi berpikir mengenai perempuan-perempuan lain yang punya masalah mirip dengannya tetapi tidak punya akses informasi. Ia pun bermimpi untuk bisa membantu memberi informasi kepada orang banyak tentang informasi yang ia miliki lewat jalur yang semua orang miliki; ponsel.

"Mengetahui ada tumor di payudara saya merupakan titik terendah dalam hidup saya. Enggak ada yang lebih rendah, sehingga satu-satunya jalan hanya bangkit. Saya jadi berpikir untuk mengubah diri agar bisa lebih bermanfaat bagi orang lain. Bermanfaat bagi orang lain tidak harus dalam perkara besar, yang kecil juga bisa. Saya ingin ajak orang lebih tahu dan waspada dengan penyakit ini. Hidup sangat berarti ketika bisa berguna untuk orang lain," tutur Rina.

Saat lulus sekolah farmasi, Rina berjanji untuk memberi layanan terbaik kepada masyarakat. Janji itu menetap di dalam dirinya dan kemudian menjadi mimpi yang berwujud kenyataan.

"Saya berjanji untuk berbagi pengetahuan tentang obat seusai sekolah farmasi. Saya sebagai apoteker juga harus memberi pharmaceutical care untuk masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan. Yang saya pelajari, kita harus bermanfaat untuk orang lain dengan berbagai macam keadaan, agar berguna untuk orang lain. Saya kebetulan biasa menulis, jadi sejak beberapa tahun lalu saya sering berbagi tulisan seputar obat-obatan dan kesehatan lewat blog. Sampai satu hari, setelah operasi, saya menuliskan mimpi saya untuk berbagi informasi lebih banyak kepada masyarakat tentang waspada kanker payudara," jelas pemilik blog Tukangobatbersahaja.com ini.

Di tahun 2010, Rina mendengar mengenai lomba menulis ide seputar akses kepada kesehatan yang lebih baik untuk masyarakat yang digelar produsen alat-alat kesehatan, makanan, dan peralatan rumah, Philips. Ajang itu bernama The + Project.

Awalnya sekadar bertutur tentang pengalamannya dan mimpinya agar lebih banyak yang waspada terhadap kanker payudara, yakni dengan menciptakan aplikasi ponsel agar bisa langsung terhubung dengan informasi seputar itu, idenya pun disambut baik oleh Philips. Ide pembuatan aplikasi Spot It Yourself dari Rina menjadi juara pertama untuk kategori ide akses ke kesehatan.

Utamanya, ajang The + Project ini merupakan bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan tadi untuk membantu masyarakat. Karenanya, ide-ide dari para pemenang, dimodali 50 ribu dolar AS, harus diwujudkan. Akhirnya, setelah perjalanan panjang selama 2 tahun pembuatan aplikasi, akhir November lalu, terwujudlah mimpi Rina.

"Akhir bulan November lalu, ide Spot It Yourself itu terwujud. Aplikasi ini sebagai akses informasi seputar kanker payudara, seperti bagaimana cara melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri), kapan saat yang tepat memeriksa, beda tumor dan kanker, konsultasi, dan sebagainya itu sudah bisa di-download di ponsel-ponsel touchscreen. Nanti, akhir bulan ini (Desember 2012), sudah bisa diunduh juga di ponsel jenis apa pun yang bisa terhubung ke internet. Jadi para perempuan maupun lelaki, bisa punya akses menuju informasi komprehensif tentang kanker payudara," jelas perempuan yang menjabat Business Unit Manager di sebuah perusahaan distribusi bahan kimia di Jakarta ini.

Untuk idenya ini, Rina mengaku ini bukan hanya program CSR dari Philips, tetapi juga CSR dari dirinya sendiri. "Saya tidak minta royalti atau uang atas ide yang terwujud ini. Uang hadiah itu sepenuhnya untuk perwujudan ide ini. Saya juga tidak mencari ketenaran. Saya hanya merasa senang bila ada orang yang terbantu dari informasi yang saya berikan. Saya merasakan itu dari tanggapan apresiasi pembaca di blog saya, terutama tulisan-tulisan tentang kesehatan. Semoga dari makin banyak orang yang mengunduh aplikasi ini, makin banyak yang mau aware dengan kondisi payudara mereka. Saya juga minta supaya bisa mengisi kolom di sana. Ini CSR dari saya pribadi," tutur Rina.

Proyek ini, kata Rina, adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya deteksi dini terhadap kanker payudara di Indonesia. "Saya bersyukur mengetahui sejak dini adanya benjolan dipayudara yang ternyata tumor jinak dan segera dioperasi. Kalau saya sampai terlambat maka biaya yang saya keluarkan akan semakin besar dan peluang kesembuhan kecil. Bukan tidak mungkin kalo sampai terlambat tumor ini bisa menjadi kanker yang berbahaya. Untuk itu penting sekali untuk sebuah deteksi dini, lebih dini lebih baik," kata Rina.

Melengkapi kebahagiaan terwujudnya mimpi idenya ini kian lengkap dengan akan berakhirnya masa lajang Rina di akhir bulan ini. Di antara kesibukannya menjadi pemimpin unit kerja di perusahaan tempatnya bekerja, menyusun pernikahan, serta mengisi blog dan menjawab pertanyaan di blog tentang kesehatannya, Rina kini tetap menjaga kondisi tubuhnya sambil terus memantau kesehatannya.

Untuk mengunduh aplikasi ini di bisa dilakukan di
http://bit.ly/spotityourself untuk ponsel-ponsel tertentu.


Berita Satu

Wednesday, November 14, 2012

Riau-AS Produksi 205 MW Energi Biomasa

http://www.investor.co.id/media/images/medium2/20110521093321302.jpgSebuah tempat pengolah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai biogas. Foto: Portal ID/gora kunjana

Pekanbaru Pemerintah Provinsi Riau bersama Amerika Serikat akan memproduksi sedikitnya 205 Mega Watt (MW) dari pengolahan energi biomasa/biogas berasal dari limbah cair dan padat kelapa sawit pada tahun 2013.

"Pengolahan energi biomasa ini di Riau sangat potensial terkait ketersediaan limbah cair dan padat sawit mencapai seratusan ton lebih yang bisa memproduksi 205 MW energi listrik," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulher, di Pekanbaru, Minggu.

Ia mengatakan itu berdasarkan hasil kunjungannya ke Amerika Serikat baru-baru ini, yang di undang mengikuti Workshop Clobal Clean Energi Development atau lokakarya tentang energi terbarukan yakni biogas dengan menggunakan limbah sawit padat dan cair.

Menurut dia, pengembangan energi biomasa jika terlaksana dengan baik otomatis Provinsi Riau tentunya bisa menjadi daerah yang paling besar menekan CO2.

Pengurangan CO2 tersebut dapat direalisasikan jika jika terolahnya limbah padat sawit yang dapat memproduksi sebesar 15,7 MW energi listrik dan dari limbat cair sebanyak 190 MW energi listrik.

"Jika potensi tersebut bisa dikembangkan dari terhimpunnya 205 MW energi listrik dengan baik maka otomatis Riau selain menekan CO2 sekaligus dapat mengatasi kelangkaan listrik di Riau," katanya yang diyakini produksi energi listrik sebesar itu akan mampu menyumbang energi listrik bagi provinsi tetangga.

Atas pengembangan rencana kerjasama tersebut Riau telah menggencarkan sosialisasi sejak Mei 2012 ke masyarakat dan pelaku usaha apalagi usaha ini akan dikembangkan AS dalam bantuan tekhnologi dan finansial.

Untuk bantuan finansial, katanya, belum ada kejelasan kongkrit apakah dalam bentuk hibah atau pinjaman lunak.

Sementara itu pengolahan limbah sawit padat dan cair sudah dikembangkan PT PN V dan PT Musimas masing-masing telah memproduksi energi listrik sebesar 1 MW berbentuk hydromini yang hanya memenuhi kebutuhan perusahaan mereka dan sebagian masyarakat.

"Akan tetapi jika 205 MW bisa diproduksi, PLN pun sudah menyatakan keiginannya siap membeli energi biomasa itu," katanya dampak pengolahan energi biomasa itu cukup besar dalam membuka lapangan kerja baru, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya petani sawit.

Karena itu, tambahnya, pengembangan kerjasama dalam pengolahan energi biomasa itu akan bisa diimplementasikan terkait AS akan membuat MoU dengan Provinsi Riau pada 2013. (tk/ant)